Spinal stenosis adalah kondisi yang disebabkan oleh penyempitan di tulang belakang yang dapat menekan saraf di sekitarnya. Kondisi ini lebih umum dialami oleh pengidap saraf kejepit atau skoliosis.
Umumnya, spinal stenosis terjadi di area leher (stenosis servikal) atau punggung bagian bawah (stenosis lumbal), namun bisa juga terjadi di beberapa bagian tubuh lain.
Mengenali apa saja penyebab dan gejala spinal stenosis beserta pengobatannya sangat penting. Baca ulasan lengkapnya di artikel berikut.
Jadwalkan konsultasi Anda sekarang dengan menghubungi Lamina Pain and Spine Center melalui WhatsApp di 0811-8802-6621. Kami siap membantu Anda mendapatkan perawatan yang terbaik untuk kondisi tulang belakang Anda.
Pengertian Spinal Stenosis
Spinal stenosis merupakan suatu kondisi medis di mana terjadi penyempitan di area tulang belakang dan menyebabkan tekanan pada saraf tulang belakang.
Tulang belakang kita terdiri dari 33 vertebrae (tulang) yang melindungi saraf vital. Namun seiring bertambahnya usia, sering kali terjadi penyempitan pada tulang belakang, terutama di bagian:
- Spinal canal (rongga di dalam tulang belakang) yang dilalui oleh saraf tulang belakang
- Rongga di dasar saraf tulang belakang
- Celah antara tulang belakang di mana saraf bercabang menuju area tubuh lainnya.
Spinal stenosis pada lansia memang lebih lumrah terjadi, biasanya pada kelompok usia 50 tahun ke atas.
Namun umumnya siapapun bisa mengalami kondisi medis ini, terutama yang terlahir dengan skoliosis atau mengalami cedera di bagian tersebut.
Penyebab Spinal Stenosis
Ada banyak faktor yang bisa menyebabkan penyempitan kanal tulang belakang yang berujung pada spinal stenosis. Berikut adalah di antaranya:
1. Arthritis
Osteoarthritis dan rheumatoid arthritis menyebabkan tekanan pada saraf tulang belakang. Pasalnya, kedua penyakit arthritis tersebut terjadi di bagian sendi yang sangat berpengaruh pada saraf yang melewati tulang.
Rheumatoid arthritis merupakan gangguan autoimun yang menyebabkan peradangan kronis yang menyerang sebagian besar sendi pada tubuh. Gejalanya meliputi pembengkakan, nyeri dan kekakuan pada sendi.
Sementara, osteoarthritis adalah gangguan degeneratif yang menyebabkan pengapuran sendi yang sering terjadi pada orang lanjut usia.
Pembesaran tulang atau tumbuhnya tulang baru (bone spur) bisa menyebabkan saraf terjepit di tulang belakang.
Inilah mengapa penuaan jadi penyebab utama spinal stenosis. Pasalnya, seiring bertambahnya usia, tulang dan jaringan di sekitar tulang belakang bisa mengalami perubahan bentuk seperti penebalan ligamen atau ligamentum flavum hypertrophy yang nantinya bisa mengubah struktur tulang itu sendiri.
2. Tumor
Selain gangguan degeneratif tulang belakang, adanya tumor di bagian tersebut juga bisa menyebabkan kondisi nyeri punggung bawah akibat spinal stenosis. Tumor yang tumbuh di jaringan lunak di kanal tulang belakang bisa menyebabkan peradangan secara langsung.
Peradangan tersebut mengakibatkan penyempitan pada rongga tulang belakang dan menimbulkan perubahan pada tulang.
Penyakit langka seperti epidural lipomatosis adalah salah satunya. Penyakit ini terjadi karena adanya penumpukan lemak di sekitar tulang belakang seperti tumor yang dapat menekan saraf.
3. Cedera atau trauma
Adanya cedera atau trauma pada tulang belakang, terutama di bagian bawah atau bagian lumbal, yang disebabkan oleh kecelakaan maupun kondisi lainnya bisa meningkatkan risiko lumbar spinal stenosis. Fraktur pada tulang bisa menyebabkan pecahan tulang menekan saraf.
Selain itu, pembengkakan pada jaringan sekitarnya setelah menjalani operasi juga bisa mengakibatkan penekanan pada saraf spinal.
4. Faktor genetik
Ada beberapa orang dengan faktor genetik seperti stenosis kongenital di mana saluran tulang belakangnya menyempit atau kecil sejak lahir.
Kemudian ada juga skoliosis atau melengkungnya tulang punggung yang berisiko menekan saraf spinal.
Kondisi genetik lainnya adalah achondroplasia, yakni penyakit keturunan yang menyebabkan masalah pembentukan tulang di punggung dan juga beberapa bagian tubuh lainnya.
5. Kondisi medis lainnya
Tidak hanya penyakit genetik, kondisi medis lainnya seperti sejumlah penyakit juga bisa menjadi penyebab spinal stenosis.
Salah satunya adalah Paget’s Disease, di mana menyebabkan tulang tumbuh lebih cepat namun lebih lemah daripada normalnya.
Sebab, tulang tersebut tumbuh tidak secara sempurna dan lebih lunak daripada tulang normal. Pada akhirnya kondisi ini menyebabkan suplai darah dan struktur tulang bermasalah, sehingga meningkatkan risiko stenosis pada tulang.
Kondisi lainnya adalah Myelopati Cervical yang terjadi akibat penekanan pada tulang belakang leher, bisa disebabkan oleh kecelakaan atau tumor.
Spinal stenosis tidak hanya terjadi pada area punggung saja, namun juga bisa terjadi di bagian leher.
Gejala Spinal Stenosis
Mengenali gejala spinal stenosis sangat penting agar Anda mendapatkan diagnosis dan penanganan yang tepat.
Gejala yang timbul dapat bervariasi tergantung pada area tulang belakang yang terdampa dan tingkat keparahan tekanan pada saraf.
Tulang belakang lumbar dan cervical atau leher merupakan area yang paling sering mengalami gejala dari spinal stenosis. Berikut di antaranya:
- Nyeri punggung kronis di bagian punggung bawah atau leher
- Kelemahan pada otot, terutama di bagian kaki
- Mati rasa dan kesemutan
- Sulit berjalan
- Rasa terbakar yang menjalar ke area pantat dan kaki, terasa semakin parah saat berdiri atau jalan
- Lemas di bagian tangan, lengan, atau jemari
Beberapa orang merasa lebih nyaman atau sejumlah gejala hilang saat membungkuk ke depan. Hal tersebut disebabkan rongga tulang belakang “terbuka” sehingga memperluas area tulang belakang yang menyempit.
Selain gejala-gejala di atas, orang yang mengidap spinal stenosis juga cenderung mengalami masalah pada pencernaan, seksual, dan buang air.
Perlu dicatat bahwa hampir sebagian besar gangguan ini tidak menimbulkan gejala, namun apabila gejalanya sudah muncul, maka dapat memburuk seiring waktu.
Diagnosis dan pemeriksaan Spinal Stenosis
Untuk mendiagnosis dan juga pemeriksaan spinal stenosis biasanya dilakukan oleh ahli bedah saraf atau ortopedi. Secara umum, prosedur diagnosisnya meliputi:
- Pemeriksaan fisik, seperti mengecek kekuatan otot, gejala yang dialami, dan refleks di beberapa bagian tubuh
- Pencitraan medis, seperti MRI atau CT Scan untuk melihat lokasi terjadinya penyempitan saluran tulang belakang yang lebih jelas, mendeteksi tumor, serta jika ada kerusakan pada area ligamen ataupun jaringan lunak
- Tes elektromiografi (EMG) untuk mengevaluasi aktivitas saraf
- Riwayat kesehataan pasien
Pengobatan Spinal Stenosis
Umumnya, pengobatan pada spinal stenosis bisa dilakukan tanpa operasi maupun dengan operasi tergantung tingkat keparahan gejala. Berikut adalah beberapa opsi pengobatan yang kerap dilakukan:
1. Pengobatan non bedah
Pengobatan tanpa operasi bagi yang mengalami penyempitan tulang belakang biasanya melibatkan terapi fisik atau penyuntikkan obat.
Terapi fisik untuk spinal stenosis atau fisioterapi dilakukan pada area yang mengalami penekanan saraf.
Tujuan terapi nyeri tulang belakang ini adalah untuk membantu memperkuat otot di sekitar tulang belakang dan juga meningkatkan fleksibilitas tulang belakang.
Selain itu, dokter juga bisa memberikan obat pereda anti nyeri seperti acetaminophen atau NSAIDs untuk mengurangi inflamasi dan nyeri pada saraf.
Obat tersebut biasanya disuntikkan ke pasien, namun tidak disarankan untuk dilakukan berulang kali karena bisa menimbulkan efek samping seperti penipisan tulang dan jaringan ikat.
Untuk mendukung pengobatan non bedah ini, biasanya pasien juga dianjurkan untuk rutin berolahraga.
2. Pengobatan bedah
Dokter akan mempertimbangkan prosedur medis untuk pengobatan spinal stenosis berupa operasi jika pasien sudah tidak dapat bergerak atau tidak dapat melakukan aktivitas yang disebabkan oleh gejala yang dialami.
Operasi juga bisa dianjurkan jika terapi non bedah yang dilakukan tidak membuat gejala membaik atau malah memperparah.
Operasi dekompresi tulang belakang adalah prosedur yang paling efektif untuk mengobatai spinal stenosis.
Tujuan operasi ini untuk mengurangi tekanan pada tulang belakang atau akar saraf dengan “melonggarkan” rongga kanal tulang belakang dengan mengangkat sebagian ligamen yang menebal dan menghilangkan tekanan pada saraf.
Selain operasi tersebut, ada juga prosedur fusi tulang belakang untuk menstabilkan tulang belakang dengan menggabungkan dua atau lebih vertebrae (tulang belakang).
Kemudian ada juga metode laminektomi yang mengangkat sebagian tulang atau jaringan untuk mengurangi tekanan pada saraf.
Risiko dan komplikasi akibat stenosis tulang belakang
Stenosis di bagian tulang belakang apabila tidak segera ditangani dengan tepat bisa menimbulkan risiko dan komplikasi yang serius, terutama untuk jangka panjang. Seperti misalnya:
- Kelumpuhan akibat mati rasa terlalu parah di bagian tubuh di mana sarafnya tertekan
- Kelemahan otot
- Masalah pada keseimbangan tubuh
- Inkontinensia, masalah kendali kandung kemih
- Pergeseran tulang
- Saraf kejepit
Pencegahan Spinal Stenosis
Spinal stenosis merupakan kondisi yang dapat disebabkan oleh faktor degeneratif, genetik, maupun cedera atau trauma.
Sehingga untuk mencegah penyakit ini terjadi, dapat dilakukan dengan menangani atau mengontrol faktor risiko yang ada.
Akan tetapi, perlu diketahui bahwa tidak semua kasus spinal stenosis dapat dicegah. Oleh karena itu, pencegahan diutamakan dengan menjaga kesehatan tulang belakang. Anda bisa melakukan langkah-langkah berikut ini:
- Rutin berolahraga untuk memperkuat otot inti dan meningkatkan fleksibilitas
- Menggunakan postur yang baik saat duduk maupun berdiri
- Hindari membungkuk terlalu sering, terutama ketika mengangkat benda yang berat
- Mengonsumsi nutrisi yang seimbang, utamakan asupan kalsium dan vitamin D yang cukup untuk menjaga kesehatan tulang.
Itulah penjelasan mengenai spinal stenosis, apa saja penyebabnya dan bagaimana cara mengobati dan mencegahnya.
Spinal stenosis merupakan kondisi yang bisa memengaruhi kualitas hidup jika tidak segera ditangani dengan tepat dan cepat, oleh karena itu segera periksakan ke dokter jika mengalami gejala-gejala di atas untuk mencegah terjadinya komplikasi serius.
Temukan Solusi Masalah Saraf Kejepit di Lamina Pain and Spine Center
Lamina Pain and Spine Center adalah pusat kesehatan yang terpercaya, dengan spesialisasi dalam menangani masalah tulang belakang, terutama gangguan saraf kejepit. Kami memiliki pendekatan medis yang unggul, didukung oleh berbagai kelebihan yang akan memberikan solusi terbaik bagi pasien.
Keunggulan Lamina Pain and Spine Center dalam Penanganan Medis:
Tim Medis Berkompeten
Dokter spesialis tulang belakang dan saraf kami memiliki pengalaman luas dan keahlian di bidangnya, siap memberikan diagnosis dan perawatan terbaik.
Fasilitas Canggih
Dengan dukungan teknologi medis terkini, kami memastikan setiap pemeriksaan dan pengobatan dilakukan dengan presisi untuk hasil yang optimal.
Pendekatan Pengobatan Holistik
Kami mengutamakan perawatan yang mengurangi risiko dan efektif, untuk membantu proses pemulihan pasien secara menyeluruh.
Layanan Konsultasi Cepat dan Mudah
Proses konsultasi yang cepat dan praktis, memungkinkan Anda untuk mendapatkan pemahaman yang jelas tentang kondisi kesehatan Anda.
Kami melayani konsultasi langsung di Klinik Lamina yang terletak di Mampang, Jakarta Selatan, dengan cabang di Cibubur, Kuningan, dan Pulomas.
Jika Anda kesulitan untuk datang langsung, kami juga menyediakan layanan telekonsultasi melalui WhatsApp.
Jadwalkan konsultasi Anda sekarang dengan menghubungi tim kami melalui WhatsApp di 0811-8802-6621. Kami siap membantu Anda mendapatkan perawatan yang terbaik untuk kondisi tulang belakang Anda.